Ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan akan menunjukkan perbaikan namun masih rapuh. Selain faktor non-ekonomi di dalam negeri, pengaruh regional juga akan memberikan kontribusi pada perbaikan ekonomi.

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih dalam Seminar Indonesia Economic Outlook 2010 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (21/12/2009).

Sri Adiningsih sepakat dengan ekonom lainnya, masa-masa terburuk krisis telah terlampaui di tahun ini. Tapi di sisi lain pemulihan ini diikuti jatuhnya perekonomian di negara lain. "Sudah mulai pulih tapi masih rapuh. Jadi jangan terlalu percaya diri," ujarnya.

Dia mencatat setidaknya ada beberapa perkembangan ekonomi yang harus diwaspadai yaitu krisis Dubai World dan mulai bangkrutnya perbankan Austria dan Yunani. Perkembangan itu, lanjutnya, ada kemungkinan muncul di tempat lain.

Faktor non-ekonomi di domestik bisa membuat kenaikan pertumbuhan ekonomi tak sebesar target pemerintah. Karena itu pemerintah harus bisa meyakinkan investor persoalan domestik akan diselesaikan dengan baik, adil, dan obyektif.

"Faktor non ekonomi pengaruhnya besar, seperti kasus Bank Century. Kalau pemerintah tidak bisa menyelesaikan dengan baik, objektif, kalau sampai berlarut-larut dan solusinya tidak memberikan kepastian maka pengaruhnya akan besar sekali," ungkap Sri.

Menurut Sri, tahun depan akan menjadi tahun spesial bagi Indonesia. Selain polemik Bank Century, Indonesia juga akan menyambut berlakunya Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China.

Dia menjelaskan, dengan total produktivitas Indonesia yang hanya naik 1,5 persen dari tahun 1998, pekerjaan rumah terbesar pemerintah tahun depan adalah peningkatan produktivitas. "PR terbesarnya yaitu meningkatkan produktivitas," tegasnya.

Sumber : manajemen keuangan